Transcription

COREMetadata, citation and similar papers at core.ac.ukProvided by Jurnal Evaluasi PendidikanJurnal Evaluasi PendidikanVolume 8, Nomor 1, Maret 2017DOI: doi.org/10.21009/JEP.081.02Think-Pair-Share Technique and Analytic Rubric Assesmentfor English Writing LearningEtti SutriantiSMA Negeri 1 Kamang MagekABSTRACTThis research investigated the application of learning process in learning writing usedcooperative learning and rubrics assessment. The finding of the research is Think-PairShare (TPS) cooperative learning technique is more effective when followed by analyticrubrics assessment. In variation to that combination, applying TPS cooperative learningwith holistic rubric assessment and application of Students’ Team Achievement Division(STAD) learning with analytic rubrics assessment in fact produced positive result oflearning. However, this finding needs to be proved through other research to enhance thediscovery of the research.Keywordsassessment technique, cooperative learning method, English writing achievement, priorknowledgeAlamat KorespondensiSMA Negeri 1 Kamang MagekJl. Pintukoto Kamang MagekKab. Agam, KPenelitian ini mengkaji tentang aplikasi pembelajaran proses keterampilan menulismenggunakan perlakuan pembelajaran kooperatif dan penilaian menggunakanrubrik. Pada penelitian ini ditemukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe ThinkPair-Share (TPS) lebih efektif tatkala diikuti dengan penilaian menggunakan rubrikanalitik. Berbeda dengan hal tersebut, ternyata penerapan pembelajaran TPS yangdikombinasikan dengan penilaian menggunakan rubrik holistik serta aplikasipembelajaran Students’ Team Achievement Division (STAD) dengan penilaianmenggunakan rubrik analitik memberikan hasil yang positif. Akan tetapi haltersebut perlu diuji lanjut pada penelitian lain untuk memperkuat temuanpenelitian ini.Kata Kunciteknik penilaian, metode pembelajaran kooperatif, hasil belajar menulis bahasaInggris, kemampuan awal1. PendahuluanKeterampilan berbahasa harus dimiliki siswajika mereka ingin bersaing lebih baik untukkehidupan di masa depan. Alwasilah (2008)menyatakan bahwa bidang apapun yang digelutiseseorang maka ia tetap harus memilikikemampuan literacy (membaca dan menulis)karena bahasa adalah ‘medium’ untuk mencapaitujuan berbagai bidang aktifitas manusia.Keterampilan menulis merupakan keterampilanyang paling kompleks di antara keterampilanberbahasa yang lain. Menulis membutuhkankemampuan kognitif, linguistik, dan kreatifitas.Siswa menghadapi kesulitan tatkala dimintauntuk menulis, terlebih lagi menulis dalam bahasaInggris. Kesulitan tersebut terbawa hingga merekamelanjutkan pendidikan di perguruan tinggisebagaimana yang ditemui oleh Marhaeni (2005)dan Solihati (2007). Kesulitan menulis dalambahasa Inggris bukan hanya dialami oleh siswa diIndonesia, bahkan di Amerika Serikat, sebagaisalah satu negara yang menggunakan bahasaInggris sebagai bahasa pertama dan telah memilikiujian nasional menulis, harus menghadapikenyataan bahwa hanya 24% dari seluruh siswakelas XII pada tahun 2008 yang dikatakan luluspada tes menulis (Beck dan Jeffery, 2009).Selain alasan kompleksitas keterampilanmenulis itu sendiri, penyebab ketidakberhasilansiswa tidak terlepas dari masalah kurikulum yangterkait langsung dengan pembelajaran danpenilaian keterampilan menulis. Selama inikurikulum untuk pembelajaran bahasa diIndonesia lebih menekankan kepada aknya memberikan waktu kepada siswauntuk mengembangkan ide yang ada di dalampikirannya baik secara individu maupun melalui7

Etti SutriantiThink-Pair-Share Technique and Analytic Rubric Assessmentfor English Writing Learningdiskusi dengan orang lain. Kegiatan tersebut dapatditemui dalam pembelajaran kooperatif tipe ThinkPair-Share (TPS). Pembelajaran kooperatif tipeTPS atau disebut juga teknik BerpikirBerpasangan-Berbagi (atau Berpikir BerpasanganBerempat) dikembangkan oleh Frank Lyman padatahun 1985. Teknik pembelajaran ini memberisiswa kesempatan untuk bekerja sendiri sertabekerjasama dengan orang lain. TPS mempunyaiciri khas yang tidak dimiliki oleh teknikpembelajaran kooperatif lain, yaitu: adanya fasethink (bekerja secara individu) diikuti fase pair(berdiskusi berdua).Lie(2010)mengungkapkanprosedurpembelajaran TPS, yaitu: pertama, guru membagisiswadalamkelompokberempatdanmemberikan tugas kepada semua kelompok,kedua, setiap siswa memikirkan dan mengerjakantugas tersebut sendiri, ketiga, siswa berpasangandengan salah satu rekan dalam kelompok danberdiskusi dengan pasangannya, keempat, keduapasangan bertemu dan berdiskusi dalamkelompok berempat.Metode pembelajaran kooperatif lainnya:Students’ Team Achievement Division (STAD) atauDivisi Pencapaian-Kelompok Siswa munculmelalui ide Robert Slavin di Universitas JohnHopkins. Penelitian STAD banyak dilakukan olehRobert Slavin dan peneliti-peneliti lain mulai tahun1979 hingga 1990-an (Slavin, 2009). MenurutCruickshank, Jenkins dan Metcalf (2006) ada tigahal yang perlu dipersiapkan pada pembelajarankooperatif, khususnya tipe STAD, yaitu: 1) fasePreparation, guru memberi informasi dalam bentukyang paling efektif, dan siswa dipersiapkan untukaktif dalam kerja kelompok, 2) fase Deliveryberupa presentasi guru dan inisiasi sertapengawasan kerja kelompok, dan 3) fase Closuresiswa diingatkan kembali tentang apa yang telahmereka pelajari dan bagaimana keterkaitannyadengan materi yang akan datang serta jikamemungkinkanbagaimanamengaplikasikaninformasi yang telah mereka pelajari tersebut.menilai suatu tulisan karena penilaian tulisan lebihrumit dan subjektif (Alderson, Clapham dan Wall,1996). Penilaian unjuk kerja (performance) sepertitulisan lebih sesuai jika dinilai denganmenggunakan rubrik yang memiliki indikatorpenilaian. Penilaian performance seperti rubrikakan lebih tepat untuk menilai keterampilan yangkompleks tersebut (Kubiszyn dan Borich, 2007).Proses pembelajaran yang sesuai dengankebutuhan dan potensi siswa selayaknya diikutidengan penilaian proses belajar yang tepat.Teknik penilaian (assesment) seperti tes pilihanganda (multiple choices), benar salah, melengkapidan mencocokkan jawaban tidak efektif untukJurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 1, Maret 2017Menurut Glass (2005) rubrik adalah penilaiankerja siswa dengan menggunakan petunjukpetunjuk atau indikator-indikator penilaian. Secaraumum penilaian menggunakan rubrik terbagi dua,yaitu: rubrik holistik dan analitik. Kedua rubrikpenilaian tersebut termasuk dalam performanceassessment. O’Malley (1996) menyebutkan bahwadeskriptor pada penilaian menggunakan rubrikholistik merupakan kriteria untuk menghasilkansebuah skor tunggal. Mereka memaparkan rubrikholistik yang digunakan oleh guru-guru ESL(English as Second Language) Virginia yang memilikienam level penilaian meliputi lima dimensi yaituMeaning, Organization, Use of Transitions,Vocabulary, dan Grammatical/Mechanical Usage.Level yang digunakan adalah 6 (tertinggi) hingga 1(terendah).Penilaian analitik memiliki indikator-indikatorterperinci tentang pencapaian kompetensi. Brownmenggunakan penilaian karangan skala analitikyang dibuat oleh Brown & Bailey di tahun 1984.Pada skala ini komponen yang dinilai antara lain:Organization, Content, Grammar, Mechanics, danStyle. Rentang interpretasi dari nilai yang didapatExcellent to Good (86-100), Good to Adequate (7585), Adequate to Fair (55-75), Unacceptable (6-11),dan Not college level work (1-5). Secara umumdapat disimpulkan bahwa rubrik untuk penilaiantulisan/writing selalu memberikan perhatian khususpada komponen-komponen tertentu yangdiperlukan dalam membuat sebuah tulisan yangbaik. Komponen-komponen (dimensi) al, Style & Vocabulary, dan Mechanics.Faktor penting yang juga mempengaruhi hasilbelajar siswa selain metode pembelajaran danteknik penilaian adalah faktor pengetahuan awalyang mengejewantah dalam kemampuan awal.Diskusi mendalam tentang pengetahuan awal atauprior knowledge diuraikan oleh Roschell (1995)yang merangkum berbagai kajian tentang hal ini.8

Etti SutriantiThink-Pair-Share Technique and Analytic Rubric Assessmentfor English Writing LearningPrior knowledge bermakna sebagai prosesperubahan konsep dalam diri siswa yang terjadisecara perlahan dan ‘transformatif’ dan sebagai‘flexible building blocks’ serta melihat embang kepada sesuatu yang lebih luas,menyeluruh dan terkordinasi secara sistematis.Metode pembelajaran kooepratif dan teknikpenilaian rubrik, khususnya mempengaruhi hasilbelajar menulis bahasa Inggris. Akan tetapi secaraempiris hal tersebut perlu dibuktikan. Olehkarena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkajipengaruh penerapan metode pembelajarankooperatif tipe TPS dan STAD serta penilaianmenggunakan rubrik analitik serta holistikterhadap hasil belajar menulis siswa. Faktorkovariat, yakni: kemampuan awal, pada penelitianini pengaruhnya dikontrol untuk memastikanbahwa perubahan yang terjadi adalah hasil dariperlakuan yang diberikan, bukan faktor lain.pengambilan sampel dilakukan secara acakbertahap (multistage random sampling) yang terdiridari tiga tahapan. sampel yang terambil empatkelas XI IPA. Teknik pengumpulan data dilakukandengan menggunakan instrumen yang melaluitahap validasi, yaitu: instrumen tes hasil belajarmenulis, penilaian menggunakan rubrik analitik,penilaian menggunakan rubrik holistik, dan teskemampuan awal. Data yang telah dikumpulkandianalisis dengan menggunakan statistik deskriptifdan statistik inferensial. Analisis deskriptifdigunakan untuk mendeskripsikan hasil belajarmenulis setiap kelompok. Analisis inferensial yangdigunakan setelah menguji persyaratan analisisyaitu analisis kovarian (ANKOVA) untuk mengujihipotesis yang diajukan.2. Metode PenelitianPenelitian dilakukan dengan pendekatankuantitatif menggunakan desain eksperimendengan rancangan 2x2 faktorial. Pada penelitianini diterapkan empat jenis perlakuan denganmasing-masing perlakuan satu kelas, yaitu:penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPSdengan penilaian rubrik analitik, pembelajaran TPSdengan penilaian rubrik holistik, pembelajarankooperatif tipe STAD dengan penilaian rubrikanalitik, dan pembelajaran STAD dengan penilaianrubrik holistik. Hasil belajar menulis bahasaInggris merupakan variabel kriterium (Y) danvariabel kovariat adalah kemampuan awal bahasaInggris siswa.Populasi penelitian ini adalah seluruh siswakelas XI Jurusan IPA SMAN 1 Kamang Magek,SMAN 1 Sungaipua, SMAN 2 Tilatang Kamangdan SMAN 1 Candung yang terdaftar yang padasemester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Teknik3. Hasil Penelitian dan PembahasanPengolahan skor hasil belajar menulis bahasaInggris siswa yang mendapatkan metodepembelajaran kooperatif tipe TPS dan teknikpenilaian rubrik analitik A1B1 presentase skormaksimal (9,0) dan siswa yang mendapatkan skordi atas rata-rata (sebanyak 70%) lebih banyak dariskor di bawah rata-rata (20%). Kelompok siswayang mendapatkan pembelajaran TPS danpenilaian rubrik holistik (A1B2) memiliki 55% skorsiswa yang berada di bawah rata-rata. Hal yangsama terjadi pada kelompok pembelajaran STADdengan penilaian rubrik analitik (A2B1), akan tetapikelompok ini memiliki lebih skor siswa di atasrata-rata (yaitu: sebanyak 10% berbeda darikelompok sebelumnya. Hal yang berbeda terlihatpada kelompok pembelajaran STAD denganpenilaian rubrik holistik (A2B2). Mayoritas skorpada kelompok ini berada pada skor rata-rata(45%) dan 30% berada pada skor di atas rata-rata.Deskripsi hasil belajar menulis bahasa n dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar 827,5A2B15,857,5A2B26,678,5Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 1, Maret ,849

Etti SutriantiThink-Pair-Share Technique and Analytic Rubric Assessmentfor English Writing LearningPengujian tersebut menunjukkan bahwa datasetiap kelompok berdistribusi normal dan setiapkelompok perlakuan yang diperbandingkanberasal dari populasi yang homogen. Hasil analisiskovariat (anakova) dua jalur sumber varians antarfaktor A (tipe pembelajaran kooperatif) diperolehnilai thitung 2,704 dan nilai p (probability value) 0,008/2 α 0,05Kesimpulannyadatamendukung hipotesis yang diajukan dan ini berartirerata terkoreksi hasil belajar menulis bahasaInggriskelompokyangdiberimetodepembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi darihasil belajar siswa yang mendapat pembelajarantipe STAD, setelah mengontrol pengaruhkemampuan awal siswa.Pengolahan anakova dua jalur sumber varianuntuk faktor B memperlihatkan nilai thitung 1,981dan nilai p 0.051/2 α 0,05 maka H0 ditolak.Kesimpulannya adalah data mendukung hipotesisyang diajukan dan berarti rerata terkoreksi hasilbelajar menulis bahasa Inggris untuk siswa yangdiberi teknik penilaian rubrik analitik lebih tinggidari hasil belajar siswa yang mendapatkan teknikpenilaian rubrik holistik.Hasil analisis pengaruh interaksi A*B adalahnilai thitung 5,352 dan nilai p 0,000 α 0,05maka H0 ditolak. Kesimpulannya adalah bahwadata mendukung hipotesis yang diajukan berartifaktor interaksi antara metode pembelajarankooperatif dengan teknik penilaian rubrikmempunyai pengaruh terhadap hasil belajarmenulis bahasa Inggris siswa, setelah mengontrolpengaruh kemampuan awal siswa.Hasil perhitungan menggunakan analisiskovariat untuk uji main effect disajikan dalamTabel 2.Tabel 2. Rangkuman Hasil ANKOVA Tentang Perbedaan Rerata Hasil Belajar Menulis Bahasa Inggris (Y)Setelah Mengontrol Kemampuan Awal (X)ParametertSig.Sig (uji satu pihak): p[A 1] [A 2]10,667,008.0008/2 0.00410,140,000,000/2 0,0005,352,000[B 1] [B 2][A 1] * [B 1]Pada pengujian simple effect, perbedaan hasilbelajar menulis terlihat pada kelompokdan. Hasil analisis menunjukkan bahwa H0ditolak dengan nilai Thitung 1,77 lebih besar dariTtabel (0.05) 0,82. Nilai rata-rata 7,57 () dan5,81 (). Arti pengolahan tersebut adalahkelompok siswa yang diberi metode pembelajarankooperatif tipe TPS dan teknik penilaian rubrikanalitik memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkelompok siswa yang diberi metode pembelajarankooperatif tipe STAD dan teknik penilaian rubrikyang sama setelah mengontrol pengaruhkemampuan awal.Selanjutnya, pada kelompokdananalisis menunjukkan perbedaan hasil belajaryakni: nilai Thitung 0,41 lebih kecil dari Ttabel (0.05) 0,88. Akan tetapi hasil yang berbeda didapat darinilai rerata terkoreksi, di mana nilai rerataterkoreksi 5,97 () lebih kecil dari padaJurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 1, Maret 2017α0,05rerata 6,38 (). Nilai uji T yang diperolehmemperlihatkan H0 diterima karena Thitung 0,41 Ttabel (0.05) 0,88, meskipun rerata . Meskipun rerata hasil belajar menulisbahasa Inggris kelompok siswa yang diberimetode pembelajaran kooperatif tipe STAD danteknik penilaian rubrik holistik lebih tinggidaripada kelompok siswa yang diberi metodepembelajaran kooperatif tipe TPS dengan teknikpenilaian yang sama, namun perbedaan nilaitersebut tidak ihatkan pada kelompokdanterdapat perbedaan hasil belajar menulis, bahwaH0 ditolak dengan nilai Thitung 1,61 lebih besardari Ttabel (0.05) 0,80. Nilai rata-rata 7,57 ()dan 5,97 ().Kesimpulannya adalah kelompok siswa yangdiberi metode pembelajaran kooperatif tipe TPS10

Etti SutriantiThink-Pair-Share Technique and Analytic Rubric Assessmentfor English Writing Learningdan teknik penilaian rubrik analitik memiliki skoryang lebih tinggi daripada kelompok siswa yangdiberi metode pembelajaran kooperatif yang samadan teknik penilaian rubrik holistik setelahmengontrol pengaruh kemampuan awal.Hasil analisis pengujian hipotesis kelompokdanmenunjukkan perbedaan hasilbelajar di mana nilai Thitung 0,58 lebih kecil dariTtabel (0.05) 0,83. Hasil yang berbeda didapat darinilai rerata, di mana nilai rerata 5,81 () danrerata 6,38 (). Nilai uji T yang diperolehmemperlihatkan H0 diterima karena Thitung 0,58 Ttabel (0.05) 0,83, meskipun rerata . Meskipun rerata hasil belajar menulisbahasa Inggris kelompok siswa yang diberimetode pembelajaran kooperatif tipe STAD danteknik penilaian rubrik holistik lebih tinggidaripada kelompok siswa yang diberi metodepembelajaran kooperatif yang sama dan teknikpenilaian rubrik analitik setelah mengontrolpengaruh kemampuan awal, namun perbedaannilai tersebut tidak signifikan.Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwakemampuan menulis bahasa Inggris siswa yangmendapatkan pembelajaran TPS lebih tinggi darisiswa yang mendapatkan pembelajaran STAD.Hasil belajar siswa yang mendapatkan penilaianmenggunakan rubrik analitik lebih tinggi dari padasiswa yang diberi penilaian holistik dan terdapatinteraksi antara metode pembelajaran kooperatifdengan teknik penilaian rubrik.Pembelajaran TPS memiliki kelebihan padafase-fase dalam proses pembelajarannya. Ada tigafase dalam pembelajaran ini, yaitu: fase think, pair,dan share. Ketiga fase ini saling terintegrasisedemikian rupa dan memberi efek kepadapengembangan kognitif, afektif, sosial, danketrampilan menulis siswa. Kegiatan pada fasethink (berpikir) menekankan pada aktifitas individusiswa. Guru memberikan tugas, materi atauinformasi lalu siswa berpikir secara individutentang apa yang disampaikan guru tersebut. Padafase ini terjadi pengembangan schemata informasipadaanaksebagaimanakonsepyangdikembangkan ahli pembelajaran, Piaget.Pengembangan schemata ini krusial karenapada saat terjadi proses pengembangan informasitersebut terdapat proses penerimaan danpengolahan informasi dalam pikiran siswa. Padakegiatan ini terjadi proses berpikir danpemaknaan. Dilihat dari perspektif ontologi dualbahasa; kognisi seseorang makin luas berkembangmelalui proses berkelanjutan dari sense-making(berpikir dan pemaknaan). Sense makingmenimbulkan kreatifitas dan membentuk tingkahlaku, pengadaptasian dan pembelajaran (Cowleydan Nash, 2014). Proses brainstorming dan sensemaking mempengaruhi kualitas pemahaman dantulisan siswa. Xin (2007) menyarankan bahwapada kegiatan prewriting, guru selayaknyamenyediakan kegiatan berpikir kepada siswa, baikberpikir secara individu maupun berkelompokagar siswa dapat menemukan beragam gaya danstrategi untuk mengelompokkan ide di dalamtulisannya.Proses dalam kegiatan berpikir tersebut dapatmemberikan keluaran berupa pemahaman siswaterhadap informasi yang diberikan atau padatingkat pengembangan yang lebih tinggi siswabahkan dapat memproduksi informasi baru hasildari olahan yang terjadi dalam pikirannya. Jika initerjadi berarti guru telah membantu siswamengembangkan potensinya dengan lebih baiksehingga siswa dapat mencapai area potensi yangsebenarnya dia miliki atau yang disebut Vygotskydengan pencapaian potensi pada kemampuanterbaik yang dimiliki siswa (zone approximaldevelopment). Faktor optimalisasi brainstormingdan sense making ini membantu siswamengorganisasikan tulisannya lebih terarahdengan isi yang lebih jelas. Waktu tunggu (waittime) ini terbukti memiliki banyak manfaat sepertisiswa lebih dapat mengelaborasi jawaban atastugas yang diberikan, kemampuan berpikir yanglebih logis, dan dapat meningkatkan partisipasisiswa pada saat berdiskusi (McTighe dan LymanJr, 1988). Pembelajaran TPS yang memiliki fasewaktu berpikir ini diungkapkan oleh Solomon(2014) sebagai salah satu kegiatan pembelajaranterbaik karena pada tipe pembelajaran initerdapat waktu berpikir bagi siswa untukmerefleksi dan menyusun jawaban merekasendiri. Proses think pada TPS diikuti oleh faseketiga, share. Pada fase kedua ini siswa bekerjadengan seorang teman (satu kelompok terdiridari dua orang). Pengembangan informasi yangtelah ada dalam pikiran siswa pada fase pertama(think) dibagi kepada teman dalam kegiatanberdiskusi berdua. Pada kegiatan ini terjadi prosespenyampaian (artikulasi) dari olahan schemataJurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 1, Maret 201711

Etti SutriantiThink-Pair-Share Technique and Analytic Rubric Assessmentfor English Writing Learningyang dimiliki siswa. Artikulasi pada saat berdiskusitersebut dapat menimbulkan benturan sertaperbedaan ide dan pendapat (sesuai dengan ideDewey). Benturan dan perbedaan pendapattersebut sekaligus mengembangkan pemahamanyang sudah ada di dalam dirinya dengan pendapatteman (hal ini sesuai dengan ide interaksi sosialVygotksy). Kegiatan ini lebih diperkuat dengandiskusiberempat(faseshare)sehinggapemahaman anak makin berkembang lebih luas.Berdasarkan ciri-ciri yang terdapat padapembelajaran TPS maka pembelajaran ini dapatdikategorikan pada pembelajaran konstruktivis. Diakhir abad ke 21 teori constructivism lebih dikenal.Teori ini ibarat perpaduan dari teori Jean Piagetdan Lev Vygotsky (Brown, 2007), yaituberlandaskan dua konsep: kognitif dan sosial. Idekognitif dalam teori konstruktivisme adalahmenempatkan pentingnya siswa membangunpemahaman mereka sendiri terhadap realita.Makna dari hal tersebut adalah siswa secaraindividu lebih aktif menemukan dan mengolahinformasi kompleks (bagi Piaget ini masa etahuan awal. Ide sosial dalam konsepkonstruktivisme adalah interaksi sosial. BagiVygotsky, anak berpikir dan memberikan maknaatas apa yang dipikirkannya. Hal ini terbentuksecara sosial (melalui ‘interaksi sosialnya denganlingkungan’).Teori kognitif Jean Piaget (Hadley, 1993)menekankan makna belajar bahasa kepada prosespemahaman atau pengetahuan di mana sipembelajarbahasamelakukankegiatan‘berbahasa, membangun pemahaman, prosesmengingat, dan menghasilkan suatu bahasa’. Piagetmenambahkan bahwa berdasarkan belajar bahasakedua merupakan ‘akuisisi suatu keterampilanyang sangat kompleks karena terdiri dari banyaksub keterampilan yang terjadi secara internal,terus menerus lan kinerja (termasuk keterampilanmenulis) akan bertambah tatkala proses dan fungsiotak belahan kanan meningkat. Kajian tentangfungsi otak tersebut dikaitkan dengan fenomenakreatifitas yang diarahkan kepada fungsi dasarmanusia, yaitu: berpikir, merasa, menginderakan, danintuisi. Kreatifitas menulis besar pengaruhnyaterhadap potensi makna yang dimiliki. Kreatifitasmenulis tercermin dalam topik yang dipilih, caramengembangkan alur (plot) tulisan, pemilhan kosakata dan pola kalimat yang menunjukkan gaya(style) seorang penulis. Hasil olahan ini adalahsesuatu tulisan yang baru dan unik dan suatukarya tulis tidak ada yang sama persis dengankarya tulis yang lain.Uraian tentang kelebihan pembelajaran TPSmemberipenekananpadakeefektifanpembelajaran ini dibanding STAD. Banyak penulisahli menyatakan bahwa jika guru inginmeningkatkan hasil akhir/tulisan final siswa makaguru harus menyediakan pembelajaran yangmengutamakan proses pembuatan tulisantersebut (Mashhady, 2007). Proses berpikir dandiskusi yang dimiliki pembelajaran TPSmempengaruhi tulisan yang dihasilkan siswa. Kolb,Longest, dan Jensen (2013) menambahkan idepembelajaran proses dengan meyakini asumsi:proses pembelajaran menulis yang lebih baikmenghasilkan produk (tulisan final) yang lebih an STAD siswa juga ‘bekerjasama’dalam kelompok (Cruickshank, Jenkins, danMetcalf, 2006; Huang Fei-xue dan Jing-qin, 2010:;dan Zhang, 2010) dan ‘berinteraksi’ (Chaiklin,2003, George dan Inn, 2003; Johnson & Johnsondi dalam Wang, 2007). Hal yang berbeda terlihatpadapembelajaranSTADyanglebihmengutamakan proses belajar dalam kelompokyang lebih besar seperti berempat atau berlimadan tidak didahului kegiatan berpikir secaraindividu maupun berdua terlebih dahulu.Kenyataan ini dapat mempengaruhi tingkatpengembangan dan pemahaman informasi yangdimiliki siswa karena pengolahan informasitersebut dalam pikiran individu siswa terbatas.Hasil penelitian memperlihatkan bahwasebagian besar siswa yang diberi metodepembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki hasilbelajar menulis bahasa Inggris lebih tinggi daripada kelompok yang diberi metode pembelajarankooperatif tipe STAD. Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian tindakan yang dilakukan Bejo(2008) yang memperlihatkan bahwa keterampilanmenulis siswa meningkat 35,5% setelah diberipembelajaran kooperatif tipe TPS.Penemuan penelitian juga memperlihatkanbahwa hasil pada kelompok siswa yangJurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 1, Maret 201712

Etti SutriantiThink-Pair-Share Technique and Analytic Rubric Assessmentfor English Writing Learningmendapatkan teknik penilaian rubrik holistik,terdapat perbedaan hasil belajar menulis padamasing-masing kelompok yang diberi metodepembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD.Perbandingannilai rerata Y terkoreksimenunjukkan bahwa pada kelompok siswa yangmendapatkan teknik penilaian holistik, kelompokyang diberi metode pembelajaran kooperatif tipeSTADmemiliki rerata Y terkoreksi yanglebih tinggi dari pada kelompok yang diberimetode pembelajaran kooperatif tipe TPSKebalikannya adalah hasil uji t memperlihatkankelompok yang diberi metode pembelajarankooperatif tipe TPS memiliki nilai yang lebih tinggidari pada kelompok yang diberi metodepembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil uji t inimemberi makna bahwa hipotesis (H1) tidak terujidan nilai reratayang lebih tinggi daritidak signifikan.Pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikankesempatan yang luas kepada siswa untukmemahami secara hati-hati instruksi tugas yangdiberikan meskipun instruksi tersebut berbentukrubrik umum (holistik). Pada pembelajaran TPSsiswa memiliki waktu berpikir sendiri terlebihdahulu untuk memahami tugas yang diberikan.Waktu tunggu membantu siswa dalam memahamiinformasi.Kebingungan siswa saat berpikir sendirimemikirkan rubrik yang tidak memiliki penjelasanyang rinci berubah menjadi lebih baik ke arahpemahaman tatkala ia berdiskusi berdua.Pemahaman yang diperoleh setelah berdiskusiberdua kemudian makin berkembang pada diskusiberempat atau berlima. Kesulitan yang disebabkanoleh keterbatasan indikator pada penilaian yangbersifat umum dapat dikurangi dengan prosespembelajaran TPS yang menyediakan fase berpikiryang bervariasi dan bertahap.Hal yang berbeda terjadi tatkala siswamemahami instruksi tugas langsung padakelompok berempat atau berlima (STAD).Informasi instruksi tugas yang diberikan kepadasiswa langsung harus bereaksi terhadap beberapainformasi dari teman-temannya tanpa pemasukan(pemahaman) tentang informasi tersebut terlebihdahulu bagi setiap individu. Kondisi ini dapatmengakibatkan kesimpangsiuran pemahamanterhadap kompetensi yang harus dicapai.Informasi yang kurang terakomodasi dengan baiktersebut makin sukar dipahami tatkala instruksitugas yang diterima berupa rubrik umum(holistik) tanpa penjelasan yang rinci. Kondisi inimembuat kurang tercapainya kompetensi yangdiharapkan.Proses pembelajaran yang dapat memenuhikebutuhan siswa selayaknya dilanjutkan denganpenilaian (assessment) dari proses belajar tepatdan sesuai dengan kebutuhan siswa. Pencapaiantujuan dari sebuah asesmen dapat dilakukandengan menggunakan asesmen tersebut sebagaialat bagi siswa untuk melihat apa yang telahmereka pahami dan apa yang dapat merekalakukan (Sleeter, 2005). Menurut Brown (2004)asesmen (penilaian) merupakan suatu proses yangberkelanjutan di mana proses ini mengarahkepada area yang lebih luas. Brown melanjutkanbahwa asesmen formatif adalah upaya untukmengevaluasi siswa dalam proses pembentukankompetensi dan keterampilan dengan tujuanmenolongparasiswadalamprosesmengembangkan kompetensinya.Penelitian ini menemukan bahwa hasil belajarsiswa yang mendapatkan penilaian menggunakanrubrik analitik lebih tinggi daripada penilaianmenggunakan rubrik holistik. Menurut Brown(2004) cara terbaik mengevaluasi pembelajaran dikelas adalah melalui teknik penilaian analitik, dimana elemen-elemen utama writing dinilai dandiharapkan kegiatan penilaian tersebut akanmengurangi masalah siswa dalam menulis danmeningkatkan kemampuannya.Swartz dan kawan-kawan meneliti reliabilitaspenggunaan penilaian mengunakan rubrik analitikdan holistik. Hasil penelitian mereka adalahreliabilitas holistik 94 sedangkan untuk analitikreliabilitasnya bervariasi dari 71 sampai 97(Swartz, 2010). Wiseman melakukan penelitianyang lebih detail tentang penggunaan penilaianrubrik analitik dan holistik untuk kemampuanmenulis bahasa kedua.Penemuan Wiseman(2012) memperlihatkan bahwa rata-rata nilaidimensi tulisan mahasiswa yang meningkat padapenggunaan rubrik analitik mengidentifikasikanbahwa dari enam dimensi penguasaan n yang sangat kecil (22 logits). Nilaitersebut mengidentifikasikan dimensi-dimensimenulis berfungsi secara bersamaan dan polapenilaian sangat sesuai dengan ekpektasi model.Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 1, Maret 201713

Etti SutriantiThink-Pair-Share Technique and Analytic Rubric Assessmentfor English Writing LearningKesimpulan dari hasil tersebut adalah mahasiswayang dinilai menggunakan rubrik analitik mendapatnilai yang lebih tinggi dari rubrik holistik.Temuan penelitian ini berikutnya adalah padakelompok siswa yang diberi metode pembelajarankooperatif tipe TPS, siswa yang mendapatkanteknik penilaian rubrik analitik memiliki hasilbelajar menulis bahasa Inggris yang lebih tinggidaripada kelompok siswa yang diberi teknikpenilaian rubrik holistik. Begitu juga sebaliknya,pada kelompok siswa yang mendapatkan penilaianmenggunakan rubrik analitik, siswa yang diberipembelajaran TPS memiliki hasil belajar menulislebih tinggi dari siswa yang mendapatkanpembelajaran STAD.Pembelajaran tipe TPS yang memberikesempatan yang lebih luas kepada siswa untukmengembangkan schemata yang dimiliki melaluikegiatan individu, berdua dan berempat atauberlima makin efektif tatkala pembelajaran inidiikuti dengan penilaian yang menggunakan rubrikterperinci. Indikator-indikator yang terdapat padarubrik terperinci tersebut dipahami secarabertahap melalui proses think-pair-share, sehinggasiswa dapat lebih mengerti tuntutan apa yangdiharapkan dari mereka dan kompetensi apa yangdapat mereka miliki dengan mengerjakan tuntutan(instruksi) tersebut.Hasil pengujian hipotesis pada kelompok siswaya

dapat disimpulkan bahwa rubrik untuk penilaian tulisan/writing selalu memberikan perhatian khusus pada komponen-komponen tertentu yang diperlukan dalam membuat sebuah tulisan yang baik. Komponen-komponen (dimensi) pokok tersebut adalah: Organization, Content, Grammatical, S .